BELAJAR DARI MUNEZ

munez dan mimpinya
Berasal dari keluarga imigran gelap, bekerja siang malam untuk hidup, sering berkonflik dengan ayahnya, dan tidak mengenal ibunya sejak kecil, semua itu tidak mampu menahan nasib baik seorang Santiago Munez untuk menciptakan perubahan dalam garis hidupnya. Tentu saja semua itu tidak akan terjadi bila Munez tidak memiliki kesadaran bahwa ada keluarga - adik an neneknya - yang mencintainya.


Kecintaannya pada sepak bola yang terus ditekuninya setiap sore-lah yang akhirnya membawanya ke Inggris untuk menjadi pemain sepakbola professional - hal yang paling di kagumi dan menjadi mimpinya sejak kecil. Dan dengan demikian maka tidak salah bila saya mengatakan Santiago Munez adalah seseorang yang mampu meraih mimpinya bukan ?.
Bagaimana dengan anda ?

Kira-kira itulah yang saya tangkap ketika saya menonton sebuah film melalui layar kaca beberapa malam yang lalu. Diperankan oleh Kuno Becker dengan baik, sosok Santiago Munez benar-benar terlihat hidup. Dan yang membuat saya begitu iri, mengapa saya tidak bisa menjadi seperti munez versi Indonesia ??

Kurniawan DJ
Banyak hal yang harus kita telaah lagi, apakah mungkin seorang pemuda dari negara kita Indonesia mampu menjadi bintang lapangan di benua seberang lautan sana ???. Bila mengacu pad sejarah persepakbolaan kita, hanya ada segelintir nama yang pernah mencicipi kerasnya kompetisi sepakbola di benua biru sebagai pemain sepakbola tentunya.Sebut saja Kurniawan Dwi Julianto yang pernah merumput di Italia bersama Sampdoria tahun 1993-1994 dan Swiss bersama FC Luzern tahun 1994-1995, Bima Sakti Tukiman bersama Kurniawan di Sampdoria pada tahun yang sama lalu pindah ke IF Helsingborg di Swedia tahun 1995-1996, Kurnia Sandi yang seangkatan dengan Kurniawan dan Bima Sakti bahkan semapt menjadi kiper ke tiga Sampdoria di era roberto Mancini dan vicenzo montella yang masih dilatih oleh Sven Goran Ericson, lalu Bambang Pamungkas yang sempat ke Belanda untuk EHC Norad tahun 2000-2001, kemudian M Rigan Agachi yang juga sempat menikmati klub PSV Eindhoven di Belanda.

Semua itu membuat saya jadi berpikir, sebenarnya kita bisa saja menjadi lebih baik di kemudian hari bila kita masih mampu memelihara harapan kita dengan tekun dan berlatih keras sejak dini. Mimpi itu masih bisa diraih bila kita percaya kalau kita bisa.Dan bagi saya tidak ada salahnya bila kita mencoba belajar dari seorang Santiago Munez dalam meraih mimpi kita juga.

Percayakah anda ?